Senin, 14 Juni 2010

kEsEniAn tRAdisiOnAL tAnAh kELAHiRAnKU dALAm rAngkA mERti dUsUn









Nonton Balajad di Tanah kALitAngi
30 orang Lebih berjubah dan berkafiyeh, dengan kumis dan cambang, bergerak serempak memasuki arena atraksi. Sembari menggerakkan kaki, kiri-kanan, sambil berucap berulang-ulang, "Ya umar, ya ubrus. Ya umar, ya ubrus."

Lalu, masuklah sekelompok pembawa obor, kelompok grayak, dan pemeran hewan (kera,burung mbaung/singa,harimau bermuka aneh, dan binatang lain) yang berlaku liar. Mereka bergerak dalam balutan irama musik yang ditabuh dari sisi depan panggung atraksi.
"Ya umar, ya ubrus. Ya umar, ya ubrus...." Kalimat itu terus diulang-ulang, seperti mantra, seperti rapal. ke 20 orang Lebih berjubah, yang disebut kelompok balajad, membentuk lingkaran. Mereka mengelilingi kelompok grayak, kelompok hewan, dan pembawa obor. Suara tetabuhan yang rancak ditingkahi kobaran bola api menciptakan suasana mistis pada malam ini.

Penonton berdesakan.Mereka menonton nyaris tanpa suara.Cuma sesekali bergeremang. Pertunjukan kian menarik ketika pemusik mempercepat tempo. Kelompok grayak, hewan, dan pembawa obor meliar. Dalam "keliaran" itu, beberapa orang dari kelompok grayak dan hewan menerobos kepungan barisan jubah putih.

Sekuat dan setangguh apa pun kelompok balajad,selalu ada satu-dua yang mampu menerobos lingkaran.Mereka menerobos kerumunan penonton.Atau mengejar penonton yang ditengarai mencibir permainan mereka.
Empat Nafsu Ya,ada pemali bagi penonton agar tak mencibir "kesungguhan" permainan dalam pertunjukan itu. Bila ada penonton melanggar pemali,pemain dari kelompok grayak atau binatang yang ndadi (trance) bakal mengejar.

Keliaran pemain yang ndadi cuma bisa diredam sang "pelatih" atau pawang. Lalu, mereka bisa diajak kembali memasuki arena permainan. Pertunjukan diakhiri dengan kemanunggalan berbagai kelompok itu. Saat itulah bola api padam dan suasana pun menjadi hening.

Grayak adalah cermin (nafsu) aluamah, hewan sebagai supiyah, pembawa obor sebagai amarah, dan pemusik sebagai mutmainah. Kelompok berjubah adalah pelapis agar keempat sifat itu tak bersimaharajalela, sehingga manusia mencapai kesejatian. Balajad dari kata "bala" dan jadah", berarti kembali ke jalan yang benar. Begitulah paling tidak keyakinan para pemain.

Itulah ekspresi seni kerakyatan yang jadi wahana pencerahan, wulangreh, ajaran tentang baik-buruk, benar-salah. Dan, balajad cuma ada di Dusuh Kalitangi kampung tanah kelahiranku,Desa Genting,Kecamatan Jambu,Kabupaten Semarang,JAWA TENGAH. Kini, kesenian tradisional itu nyaris punah. Jarang ditampilkan. Maka jika Anda ingin nonton balajad, datanglah ke tanah kalitangi.klo mau nangap bisa hubungi di 085225211116 buat suara merdeka makasih krn dah memberitakan kesenian yang hampir punah ini?